Cinta dibalik Kabut kota Pekanbaru


SINOPSIS “CINTA DIBALIK KABUT KOTA PEKANBARU” KARYA WANDI

Rahandi dengan nama lengkap Rahandi Darma adalah seorang mahasiswa yang tak kunjung wisuda hingga diakhir-akhir semesternya. Di waktu yang bersamaan cintanya pun kandas dengan seorang gadis pujaannya yang bernama Rani Anggraini yang sudah dia kenal sejak di bangku SMA, selama ini cinta mereka berjalan dengan hubungan jarak jauh karena Rani memutuskan untuk melanjutkan studinya di pulau Jawa. Namun hubungan yang begitu lumayan lama mereka jalin itu kandas begitu saja ketika Rahandi tau bahwa Rani telah pulang ke kota Pekanbaru dengan membawa pendamping hidupnya.
Disitu Rahandi terjadi perubahan hidupnya yang begitu drastis, penuh dengan tekanan ditambah dengan perkuliahanya yang tak kunjung selesai sehingga harus di drop out dari pihak kampusnya bila ia tak kunjung menyelesaikan. Atas hal itu pula sehingga pihak orangtuanya pun turut menekan agar dia secepatnya menyelesaikan perkuliahnya.
Pulang pagi pun menjadi kebiasaan buruk bagi Rahandi ketika itu, bahkan terkadang sampai berhari-hari dia meninggalkan rumah. Bahkan urakan serta demo yang menjadi kebiasaan waktu di SMA lalu kini dia lakukan kembali. Tak kunjung persoalan sampai disitu saja, sesaat itu juga Rahandi mendengar kabar bahwa salah satu dari orangtuanya yaitu ayahnya jatuh sakit dan harus di rawat di rumah sakit.
Kini perekonomian keluarga Rahandi juga mulai timpang dikarenakan sakit yang diderita ayahnya yang tak kunjung sembuh, keluarga mereka mulai menjual aset demi untuk berobat ayahnya yang di rawat di rumah sakit itu.
Sementara itu kabut asap yang terus menutupi kota akibat pembakaran di berbagai wilayah khususnya di provinsi riau membuat beberapa instansi meliburkan kerja, begitu juga dengan aktifitas di beberapa kampus termasuk kampus dimana Rahandi kuliah. Maka waktu libur itulah ia pergunakan untuk mencari kerja agar ia tetap bisa membiayai perkuliahannya serta hidupnya sehari-hari. Ia bahkan tak menghiraukan himbauan dari pemerintah bahwasannya agar masyarakat dilarang untuk beraktifitas diluar rumah selama kabut belum menghilang. Namun bagi Rahandi kesempatan ini lah baginya untuk mencari kerja.
Tak tinggal diam, kesana kemari ia terus lakukan demi mencari pekerjaan hingga akhirnya ia mengenal seorang perempuan bernama Fitria Ramadani seorang penjaga di sebuah toko harian, namun belakangan diketahui bahwa ternyata Fitria juga seorang mahasiswi yang juga satu kampus dimana tempat Rahandi berkuliah hanya saja keduanya berbeda jurusan. Dari situlah keinginan Rahandi untuk dapat mengenal perempuan itu lebih dalam. 
Berjalannya waktu mereka berdua mulai dekat namun Rahandi belum juga berani untuk mengungkapkan isi hatinya terhadap Fitria. Disaat mereka berdua telah saling mengenal begitu dekat ternyata Rahandi mendapati Rani yaitu mantan kekasihnya dulu di sebuah tempat wisata namun Rahandi tak sempat menghampirinya karena ketika itu ia sedang bersama Fitria. Begitu juga dengan Rani ia pun hanya menatap sekilas kearah Rahandi lalu ia mencoba menghilang ditengah-tengah keramaian pengunjung lainnya.
Sekian lama hidup Rahandi dipenuhi dengan kabut yang menyelimutinya, dia tak tau lagi harus kemana menemukan cinta sejatinya. Disisi lain dia masih cinta terhadap Rani yang pernah menyakitinya namun dihadapannya kini telah hadir wanita yang begitu suci baginya.
















BAB I
SEBUAH LARANGAN

Hp itu berdering sekitar pukul 09.00 pagi, dilihatnya sudah dua panggilan tak terjawab ‘Nomor baru,,,,siapa ya.... “. Tak lama dari itu satu pesan masuk dengan tertuliskan ‘ku tunggu sore ini di tempat kita dulu, pertama kita bertemu’ by:RH.
Han....lepaskan tanganku,,,, han......!! sekali lagi han..... saya minta lepaskan! Sejenak terdiam semua orang di tempat itu, mereka yang lain hanya bisa melihat apa yang sedang terjadi diantara mereka berdua yang tak lama setelah mereka berbincang sesuatu. Sore itu senja menunjukan kemerahanya, matahari mulai akan hilang di bagian barat bumi.
“Han kamu sudah berjanji,” kata perempuan itu.”Kita takan membahasnya bukan?” “Tapi ran,,, aku belum puas dengan penjelan kamu”.“Sudahlah han,,,,aku tak menginginkan pertemuan ini”. jawab kembali dari perempuan itu.
“Ingat Han aku sudah punya suami”.
“Harusnaya aku tak menemuimu...”. Tegas perempuan itu.
Kemudian perempuan itu pergi meninggalkan tempat itu. Perempuan itu belum lama ini pulang ke pekanbaru setelah lama tinggal di Purwokerto. Hanya sekejap saja kemudian perempuan itu sudah hilang dari pandangan pria tadi yang sempat bersamanya. Perasaan pria itu pun bercampur hingga malam menyelimuti bumi dan bersiap untuk menyambut kemudian hari.
“hey Bang....”.
“iya”.
“Kau tidak apa-apa?”
“tidak, tidak apa-apa”.
“yakin? kau tidak kelihatan baik-baik saja. Tadipun pas didalam kelas kau terlihat melamun. Sampai-sampai kau tak mendengar ketika dosen memanggilmu. Sikapmu pun berubah”.
“tidak, tidak ada apa-apa. Aku baik-baik saja kok. Ayo kita ke kantin, nanti biar aku yang traktirmu”. Ajak Rahandi.
Tidak begitu terlalu lama mereka di kantin, kemudian mereka berdua pun kembali ke kelas untuk mengikuti jam kuliah yang terakhir di hari itu. Hari itu memang matahari bersinar begitu teriknya, sudah hampir berminggu-minggu tak turun hujan di kota itu dan juga untuk daerah di sekitarnya. Suasana ini membuat mahasiswa terasa terbawa oleh kantuk, sehingga menambah heningnya aktifitas belajar di kelas-kelas yang ada.
“Jam perkuliahan untuk hari ini kita sampaikan cukup disini dulu.” Ungkap pak dosen mengakhiri kuliah di hari itu.
Di sewaktu para mahasiswa meninggalkan ruangannya bapak dosen memanggil Rahandi.
“Rahandi,,,”.
“Iya Pak” jawab Rahandi sambil terbata-bata
“Bagaimana dengan materi kuliahmu?”. Masih banyak yang tertinggal? tolong cepat selesaikan ya,,, Kamu sudah harus menyusun skripsinya, ingat...ini adalah tahun terakhirmu buat kamu untuk segera mengajukan judul”. Kalau tidak, kamu tentu tau sendiri konsekuensinnya. Karena bapak selaku PA kamu sudah sering mengingatkanmu.
“Baik Pak, akan Rahandi usahakan. Terimakasih pak sudah mengingatkan Rahandi”.
Hari ini fikiran Rahandi dipenuhi dengan berbagai banyak hal, yang lebih lagi ia masih terfikirkan akan kejadian yang terjadi pada kemarin sore itu. Yaitu perempuan yang sempat bertengkar dengan nya ketika itu. Perempuan itu tak lain adalah kekasih Rahandi yang sudah lama sekali tidak pernah jumpa. Namun Rahandi masih belum percaya dengan semuanya yang terjadi. Karena perempuan itu telah tega menghianati cintanya yaitu dengan menikahi laki-laki lain dan itu tanpa sepengetahuan dari dia.
“Han,,,, sudah malam kamu tidak mau ikut makan, Ibu lihat kamu dikamar saja sehabis dari pulang kuliah siang tadi”.
“Masih kenyang bu”. Jawab Rahandi yang terdengar dari ruang kamarnya.
“Pa... Ibu takut kenapa-kenapa dengan anak kita”.
“alaaahhh... itu kan perasa’an ibu saja, lagian anak kita juga sudah dewasa kok bu”. Jawab Pak Darman sembari menyantap hidangan makan malamnya.
“Iya sih pa,,, oh iya pa anak kita kenapa belum wisuda juga ya?” perasaan ibu sudah lumayan lama dia kuliahnya.
“Ibu sudah coba tanya ke teman-teman dia”. Atau kalau perlu coba ibu tanyakan ke dosennya langsung”.
Malam itu Rahandi belum juga sesekali nampak keluar dari dalam kamarnya. Fikirannya masih terus dipenuhi bayang-bayang oleh kejadian yang terjadi sore itu. Dan dia merasa masih banyak lagi yang harus dijelaskan. Hingga larut malam, waktu telah menunjukan angka 11.00, namun belum juga kantuk datang pada dirinya. Akhirnya ia pun meraih Handphone miliknya yang berada tak jauh darinya, kemudian sambil mencari-cari sebuah nomor kontak.
“halo,,, “ halo Ran,,,,
“ada apa kamu telfon malam-malam gini Han?” suara itu terdengar lirih keluar dari handphone milik Rahandi.
“Aku,,,,,”
“Sudahlah, besok pagi saja kita sambung” sahut Rani.
“sebentar Ran, aku ingin bicara sesuatu padamu” lanjut Rahandi.
“sudah tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan Han,,” Oke.... oke..... tapi sebentar saja ya?
“Aku ingin sekali bertemu denganmu Ran”
“apa..... malam ini? kamu gila Han. Ini kan sudah larut malam” sambil ia melihat ke arah jam dinding. “sudahlah Han, aku takut suamiku terbangun karena dengar pembicaraan kita”
“Ayolah Ran, izinkan aku bertemu denganmu malam ini, sebentar saja”.
“Ok,,, baik, tapi kita bertemu tak jauh dari rumahku. Nanti ku SMS saja alamat tempat tinggal yang baruku”.
“Oke Ran,,, “ jawab Rahandi.
Tanpa berfikir lama Rahandi pun langsung menggunakan jeketnya yang sering ia pakai sewaktu dulu ketika masih SMA. Sambil diam-diam dia membuka pintu kamarnya, agar kedua orangtuanya tidak terbangun. Dengan menggunakan kunci pintu rumah yang sering ia bawa Rahandi pun mulai membuka pintu rumahnya. Dengan terus diam-diam Rahandi terus melangkah keluar dari rumahnya. Rahandi pun segera menuju garasi mobilnya yang berada disamping rumahnya.
“aduh gawat, tak ada kunci garasinya samaku. Tak mungkin aku memintanya kepada Ayah.” Gumam Rahandi.
Akhirnya Rahandi memutuskan untuk berjalan kaki dulu, berharap akan menemukan angkot maupun yang lainnya. Sambil berjalan menelusuri dinginnya malam, terkadang sesekali ia melihat ke handphon yang ada di saku celananya. Untuk mengecek apakah ada pesan baru yang masuk. Namun tak ada juga ia dapati pesan itu hingga sejauh ini, karena tak kunjung ada pesan dari Rani, akhirnya ia putuskan untuk mencari tempat beristirahat sejenak. Ia putuskan untuk mencari kedai yang mungkin masih buka di malam itu.
“mau kemana Nak?, malam-malam begini”. Tanya seorang kakek yang tiba-tiba muncul dari arah sampingnya.
“eh, Kakek,,,” (sambil terkejut)
“Saya mau cari kedai yang masih buka Kek, dimana ya kek?”. Tanya Rahandi.
“oh,,, itu ada disimpang depan sana “. Jawab kakek.
“terimaksih Kek”
Sambil menuju simpang yang di maksud Rahandi masih saja terus melihat ke layar handphonnya, namun belum juga ada pesan yang masuk. Tak lama kemudian Rahandi telah sampai di simpang dan dia langsung saja menuju kedai yang masih membuka jualannya itu.
“Pak pesan kopinya satu pak” tanya Rahandi pada penjual.
“Baik Nak,,,tunggu sebentar biar bapak buatkan”.
Sambil menunggu kopinya tiba Rahandi pun menghilangkan kejenuhannya sambil bermain-main dengan HP nya. Tak sadar ternyata Hp nya mulai melemah isi batrainya karena ia seharian ini lupa mencasnya.
“Pak ada Cas Hp pak? Tanya Rahandi kepada pemilik kedai.
“maaf Nak, tidak ada bapak”.
Tak lama setelah itu ada sebuah panggilan yang terdengar dari Hp nya namun karena batrainya sudah begitu low seketika itu Hp itu pun mati karena menerima panggilan dari seseorang. Belum juga ia tau siapa yang menelphonnya, dengan rasa kesal Rahandi nampak begitu kecewa, Tanpa berfikir lama-lama ia pun segera lari meninggalkan kedai itu. Dan tak sempat lagi ia untuk membayarnya, padahal kopi itu sudah sempat tersaji.

Komentar

Postingan Populer